Rabu, 08 Desember 2010

Penalaran Deduktif

Penalaran deduktif memakai asumsi-asumsi yang diketahui secara umum dan pasti kebenarannya untuk menyampaikan suatu kesimpulan yang khusus yang juga akan pasti kebenarannya.

Contoh:
Premis 1: Semua manusia pasti akan mati.
Premis 2: Saya seorang manusia.
Konklusi: Saya pasti akan mati.

Penalaran diatas adalah valid, tidak mungkin kedua premis adalah benar tetapi konklusi-nya salah. Validitas penalaran ini didasarkan atas proses penalarannya sendiri, bukan kebenaran dari premis ataupun kebenaran dari seluruh pernyataan.

Contoh dibawah menampilkan premis yang salah dan konklusi yang salah, tetapi penalaran yang dilakukan tetap dinyatakan valid.

Premis 1: Bila hijau adalah warna, maka rumput beracun bagi sapi.
Premis 2: Hijau adalah warna.
Konklusi: Rumput beracun bagi sapi.

Kebenaran konklusi penalaran Induktif sangat ditentukan oleh kebenaran premis-premisnya karena isi konklusi tidak lebih dari informasi yang dikandung premis. Akibatnya penalaran induktif sebenarnya sama sekali tidak menambah pengetahuan.


Ada beragam bentuk penalaran deduktif yang telah dikembangkan. Hal ini mencakup penalaran secara abstrak menggunakan simbol, operator logik, dan seperangkat aturan yang menentukan langkah yang boleh dilakukan dalam mencapai suatu kesimpulan. Termasuk diantara penalaran ini adalah yang disebut sebagai Aristotelian logic, dikenal juga sebagai logika silogistik, logika proporsional, logika predikat, dan logika modal.

Tidak ada komentar: